TUGAS 3
NAMA :M.RUSDY PURNAMA
KLS :2TB02
NPM :26314729
"ARSITEKTUR BIOLOGIS"
Pengertian Arsitektur Biologis
Dalam arsitektur dikenal istilah
arsitektur biologis, yaitu ilmu penghubung antara manusia dan lingkungannya
secara keseluruhan yang juga mempelajari pengetahuan tentang hubungan integral
antara manusia dan lingkungan hidup, dan merupakan arsitektur kemanusiaan yang
memperhatikan kesehatan.Istilah arsitektur biologis diperkenalkan oleh beberapa
ahli bangunan, antara lain Prof. Mag.arch, Peter Schmid, Rudolf Doernach dan
Ir. Heinz Frick. Sebenarnya, arsitektur biologis bukan merupakan hal yang baru,
sebab sejak ribuan tahun yang lalu nenek moyang kita telah menerapkan konsep
dasar dari arsitektur biologis ini, yaitu dengan membangun rumah adat
(tradisional) menggunakan bahan-bahan yang diambil dari alam sehingga tidak mencemari
lingkungan dan mempertimbangkan rancang bagun yang dapat tahan dengan segala
macam ancaman alam, seperti hewan buas dan bencana seperti banjir,
longsor,gempa, dan lain-lain.
Rumah adat yang berbentuk rumah panggung adalah contoh dari
arsitektur biologis masyarakat Indonesia zaman dahulu. Pada peristiwa gempa di
Padang tahun lalu, rumah adat ini terbukti lebih kokoh dibanding dengan rumah
atau bangunan lain,karena bobotnya yang ringan, terbuat dari bambu dan kayu.Di
era modern seperti sekarang, menggunakan arsitektur biologis bukan tidak
mungkin, apalagi di saat kondisi bumi mengalami perubahan drastis yang
disebabkan pemanasan global.
Namun, tentu kita tidak harus membangun bangunan yang sama persis dengan rumah adat, karena kondisi lingkungan saat ini tidak lagi memungkinkan kita untuk membuatnya. Yang mungkin kita lakukan adalah dengan mencoba membuat rancang bangun rumah yang efisien akan sumber daya (seperti listrik) tanpa mengurangi kenyaman bagi penghuni rumah itu sendiri. Selain itu, pentingnya pendekatan ekologis seperti ramah lingkungan, ikut menjaga kelangsungan ekosistem, menggunakan energi yang efisien,memanfaatan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui secara efisien, menekanan penggunaan sumber daya alam yang dapat diperbarui dengan daur ulang dalam membangun lingkungan akan turut meningkatkan kualitas lingkungan hidup.
Arsitektur Biologis dan
Penerapannya
Melalui konsep arsitektur biologis,
para arsitek diajak memahami rumah sebagai sebuah bangunan organis, untuk
meningkatkan kualitas kehidupan. Kualitas bangunan dengan bagian-bagian
material dan rohani menentukan kualitas lingkungan hidup manusia.Bahan-bahan
bangunan yang digunakan dalam mewujudkan arsitektur biologis adalah bahan-bahan
bangunan dari alam. Bahan bangunan alam yang dapat dibudidayakan lagi,digunakan
dalam arsitektur biologis, seperti kayu, bambu, rumbia, alang-alang dan ijuk.
Bahan bangunan alamiah yang dapat
digunakan lagi menjadi bangun alamiah yang dapat digunakan lagi menjadi bangun
arsitektural adalah tanah liat, tanah lempung dan batu alam.Sedangkan bahan
bangunan alam yang diproses pabrik atau industri adalah batu artifisial yang
dibakar (batu merah), genting flam, genting pres dan batu-batuan pres (batako).
Perencanaan arsitektur biologis
senantiasa memperhatikan konstruksi yang sesuaidengan tempat bangunan itu
berada. Teknologinya sederhana, bentuk bangunannya punditentukan oleh fungsi
menurut kebutuhan dasar penghuni dan cara membangunnya.Bentuk bangunan
ditentukan oleh rangkaian bahan bangunannya. Konstruksi bangunan yang digunakan
ada yang bersifat masif (konstrtuksi tanah, tanah liat dan lempung),berkotak
(konstruksi batu alam dan batu-batu merah), serta konstruksi bangunan
rangka(kayu dan bambu). Atas dasar pengetahuan tentang bahan bangunan tersebut,
akhirnya tercipta bentuk-bentuk bangunan yang berkaitan dengan sejarah
arsitektur
Prinsip dasar arsitektur biologis
1. Hemat energi / Conserving energy : Pengoperasian bangunan harus meminimalkan penggunaan bahan bakar atau energi listrik ( sebisa mungkin memaksimalkan energi alam sekitar lokasi bangunan ).
2. Memperhatikan kondisi iklim / Working with climate : Mendisain bagunan harus berdasarkan iklim yang berlaku di lokasi tapak kita, dan sumber energi yang ada.
3. Minimizing new resources : mendisain dengan mengoptimalkan kebutuhan sumberdaya alam yang baru, agar sumberdaya tersebut tidak habis dan dapat digunakan di masa mendatang /
Penggunaan material bangunan yang tidak berbahaya bagi
ekosistem dan sumber daya alam.
4. Tidak berdampak negative bagi kesehatan dan kenyamanan penghuni bangunan tersebut / Respect for site : Bangunan yang akan dibangun, nantinya jangan sampai merusak kondisi tapak aslinya, sehingga jika nanti bangunan itu sudah tidak terpakai, tapak aslinya masih ada dan tidak berubah.( tidak merusak lingkungan yang ada ).
5. Merespon keadaan tapak dari bangunan / Respect for user : Dalam merancang bangunan harus memperhatikan semua pengguna bangunan dan memenuhi semua kebutuhannya.
6. Menetapkan seluruh prinsip – prinsip green architecture secara keseluruhan: Ketentuan diatas tidak baku, artinya dapat kita pergunakan sesuai kebutuhan bangunan kita.
Contoh bangunan
1. Semen, keramik,
batu bata, aluminium, kaca, dan baja sebagai bahan baku utama dalam pembuatan
sebuah bangunan berperan penting dalam mewujudkan konsep bangunan ramah
lingkungan.
2. kerangka bangunan utama dan atap, sekarang material kayu sudah mulai digantikan material baja ringan. illegal logging akibat pembabatan kayu hutan yang tak terkendali menempatkan bangunan berbahan kayu mulai berkurang .
Baja ringan dapat dipilih berdasarkan beberapa tingkatan
kualitas tergantung dari bahan bakunya. Rangka atap dari baja memiliki
keunggulan yaitu lebih kuat, antikarat, antikeropos, antirayap, lentur, mudah
dipasang, dan lebih ringan sehingga tidak membebani konstruksi dan fondasi,
serta dapat dipasang dengan perhitungan desain arsitektur dan kalkulasi teknik
sipil.
3. Kusen jendela dan pintu juga sudah mulai menggunakan bahan aluminium sebagai generasi bahan bangunan masa datang. Aluminium memiliki keunggulan dapat didaur ulang (digunakan ulang), bebas racun dan zat pemicu kanker, bebas perawatan dan praktis (sesuai gaya hidup modern), dengan desain khusus mengurangi transmisi panas dan bising (hemat energi, hemat biaya), lebih kuat, tahan lama, antikarat, tidak perlu diganti sama sekali hanya karet pengganjal saja, tersedia beragam warna, bentuk, dan ukuran dengan tekstur variasi (klasik, kayu).
4. Bahan dinding dipilih yang mampu menyerap panas matahari dengan baik. Batu bata alami atau fabrikasi batu bata ringan (campuran pasir, kapur, semen, dan bahan lain) memiliki karakteristik tahan api, kuat terhadap tekanan tinggi, daya serap air rendah, kedap suara, dan menyerap panas matahari secara signifikan.
5. Penggunaan keramik pada dinding menggeser wallpaper merupakan salah satu bentuk inovasi desain. Dinding keramik memberikan kemudahan dalam perawatan, pembersihan dinding (tidak perlu dicat ulang, cukup dilap), motif beragam dengan warna pilihan eksklusif dan elegan, serta menyuguhkan suasana ruang yang bervariasi.
Fungsi setiap ruang dalam rumah berbeda-beda sehingga membuat
desain dan bahan lantai menjadi beragam, seperti marmer, granit, keramik,
teraso, dan parquet. Merangkai lantai tidak selalu membutuhkan bahan yang mahal
untuk tampil artistik.
6. Konsep ramah lingkungan juga telah merambah ke dunia sanitasi. Septic tank dengan penyaring biologis (biological filter septic tank)berbahan fiberglass dirancang dengan teknologi khusus untuk tidak mencemari lingkungan, memiliki sistem penguraian secara bertahap, dilengkapi dengan sistem desinfektan, hemat lahan, antibocor atau tidak rembes, tahan korosi, pemasangan mudah dan cepat, serta tidak membutuhkan perawatan khusus..
7. Penggunaan panel sel surya meringankan kebutuhan energi listrik bangunan dan memberikan keuntungan tidak perlu takut kebakaran, hubungan pendek (korsleting), bebas polusi, hemat listrik, hemat biaya listrik, dan rendah perawatan. Panel sel surya diletakkan di atas atap, berada tepat pada jalur sinar matahari dari timur ke barat dengan posisi miring. Kapasitas panel sel surya harus terus ditingkatkan sehingga kelak dapat memenuhi kebutuhan energi listrik setiap bangunan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar